Nama KakaoTalk menjadi perbincangan publik dan pengamat teknologi dunia setelah melakukan akuisisi terhadap Path, aplikasi media sosial besutan Dave Morin. Akuisisi ini dilakukan untuk memperkuat pasar Daum Kakao (pemilik merek KakaoTalk) di kawasan Asia, khususnya Indonesia, yang menjadi salah satu pasar terbesar Path.
Namun, di balik layar KakaoTalk, tersimpan kisah inspiratif dari pendirinya yang bernama Kim Bum-Soo. Melalui tangan Kim, lahirlah KakaoTalk yang mendunia dan menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan. Ia bahkan digadang sebagai salah satu ikon kesuksesan entrepreneur digital asal Negeri Ginseng tersebut.
Kesuksesan KakaoTalk di pasar mobile messaging mengantarkan Kim ke jajaran orang terkaya di dunia. Majalah Forbes menaksir kekayaan pria berusia 49 tahun itu senilai US$2,2 miliar. Ia adalah salah salah satu wiraswastawan internet paling sukses di Korsel. Kehadirannya merupakan sebuah fenomena karena kebanyakan konglomerat di Korsel mendapatkan kekayaannya secara turun temurun.
Akan tetapi, Kim bukanlah dari keluarga konglomerat. Jangankan limpahan harta, untuk makan sehari-hari pun keluarganya mengalami kesulitan. Ayah Kim hanya merupakan buruh di sebuah pabrik pulpen, sedangkan sang ibu adalah seorang pelayan hotel berpendidikan rendah. Kim dan empat saudaranya harus tinggal berjejalan di sebuah apartemen sempit. Ketika kedua orang tuanya bercerai, Kim kemudian diasuh oleh neneknya.
Meski kondisi keluarganya pas-pasan, Kim dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia merupakan anak pertama yang berhasil menembus bangku kuliah. Tidak tanggung-tanggung, ia berhasil kuliah di universitas paling bergengsi, Seoul National University. Kim membiayai sendiri kuliahnya dengan memberikan les privat. Kim terkadang tidak makan untuk menghemat uang.
Namun, kampus itu pula yang mengubah hidupnya. Di bangku kuliah, Kim untuk pertama kalinya Kim melihat komputer milik kawannya yang terhubung ke bulletin board system, sebuah layanan pesan online yang cukup beken di kala itu.
“Itulah pertama kalinya saya melihat internet dan terkoneksi dengan dunia,” kata pria yang sering disapa Brian itu, seperti dikutip dari Forbes.
Lulus dari Seoul National University, Kim sempat mengabdi ke Samsung selama lima tahun. Pada tahun 1998, Kim memutuskan untuk keluar dan mendirikan perusahaan game online, Hangame. Setahun kemudian, Hangame melakukan merger dengan Naver menjadi NHN, yang kemudian mendominasi Korsel dalam situs pencarian.
Sukses menggawangi NHN, Kim pindah ke Silicon Valley pada Juli 2005 untuk menancapkan kehadiran perusahaan di Negeri Paman Sam. Ia menjalankan perusahaan selama dua tahun sebelum akhirnya meninggalkan NHN karena adanya perbedaan tentang arah bisnis dengan partner bisnisnya.
Selama dua tahun Kim menganggur. Memasuki tahun ketiga, Kim membujuk istri dan kedua anaknya untuk kembali ke Korsel. Ia bahkan menyuruh anak-anaknya untuk istirahat sejenak dari bangku sekolah. Kim membiarkan anak-anaknya bermain, dan tidak melakukan apapun selain bersenang-senang. Mereka berempat benar-benar menikmati kehidupannya tanpa kerumitan sekolah dan pekerjaan.
“Saya sepertinya perlu menemukan keinginan terdalam saya kembali. Sesuatu yang saya sukai, sesuatu dengan nilai dan arti, yang hilang selama saya mendapatkan kekayaan. Saya sangat bahagia,” ucapnya.
Lahirnya KakaoTalk
Setelah setahun bersenang-senang menikmati hidup bersama keluarganya, Kim akhirnya memutuskan untuk memulai lagi pekerjaannya.
“Saya merasa sepertinya saya harus bekerja lagi,” ujarnya.
Pada Maret 2010, KakaoTalk lahir. Kim mengambil peluang dari booming telepon pintar. KakaoTalk menawarkan layanan online messaging untuk menggantikan pesan singkat (SMS) yang dianggap kuno dan harus berbayar.
KakaoTalk langsung sukses besar. Di bulan pertamanya, pengguna KakaoTalk mencapai 2 juta orang. Saat ini, KakaoTalk digunakan oleh hampir 93 persen pengguna telepon pintar Korsel dan 75 persen penduduk Korsel. Menurut Nielsen, KakaoTalk digunakan oleh warga Korea rata-rata 33 menit per hari. Jumlah pengguna total KakaoTalk di seluruh dunia mencapai 158 juta.
Namun kesuksesan Kim bukan sekadar membuat aplikasi chat. Kim berhasil memadukan layanan mobile messaging dengan aplikasi games, belanja, dan feature lain. Kim berhasil menunjukkan bahwa aplikasi layanan pesan tidak hanya sekadar chat. Platformnya bisa digunakan untuk meraup keuntungan dari jasa lain seperti games atau penjualan kupon dan stiker.
Aplikasi lainnya itulah yang menyumbang pendapatan besar. KakaoTalk melaporkan 64 persen pendapatannya dari games seperti Anipang dan Candy Crush. Pencapaian itu membuat KakaoTalk menjadi salah satu dari sedikit perusahaan jasa perpesanan mobile yang berhasil meraup laba. Pada tahun 2014, KakaoTalk meraup laba hingga US$52 juta.
“KakaoTalk memungkinkan penggunanya untuk berbagi apa pun yang mereka harapkan dengan siapa pun di seluruh dunia,” ujar Kim.
Dari Teman Jadi Lawan
Kesuksesan KakaoTalk ternyata menginspirasi layanan sejenis. Yang mungkin agak ironis, persaingan itu datang dari Lee Hae-Jin, sesama pendiri NHN sekaligus teman lama Kim. Lee membuat Line yang kini sukses menguasai pasar Jepang. Saingan lain KakaoTalk adalah WeChat yang kini menguasai China.
WeChat sendiri adalah produk mobile messaging Tencent, yang terkenal dengan layanan QQ (messaging berbasis desktop). Ironisnya lagi, awalnya Kim dan Tencent sebenarnya ingin melakukan kerjasama membuat aplikasi mobile messaging untuk pasar China. Namun belakangan Tencent meniru semua langkah KakaoTalk, bahkan kini memiliki jumlah pengguna jauh lebih besar dibanding KakaoTalk. “Hubungan kami menjadi tidak sehat lagi,” ujar Kim.
Persaingan keras itulah yang mendorong KakaoTalk untuk melakukan merger dengan Daum Communication; perusahaan pencarian terbesar kedua di Korea Selatan. Dengan kesepakatan ini, Kim ingin menancapkan dominasi KakaoTalk di Korea Selatan. Ia kini juga memiliki cukup tenaga untuk bersaing dengan Line dan WeChat di kawasan masing-masing.
“Di dunia mobile messaging, mereka yang berhasil menjadi pionir dan menguasai sebuah area cenderung sulit digeser,” ungkap Kim kepada Forbes. Harus ada cara istimewa untuk melakukan hal yang sulit itu. Dan cara istimewa itulah yang harus dilakukan Kim.